Pagi
itu aku berjalan menuju kantin sekolah, dan berniat untuk membeli
makanan. Sepanjang perjalanan aku heran dengan kondisi sekolahku, dalam hati
aku berkata ‘katanya adiwiyata? Kok masih banyak sampah’. Sesampainya di
kantin, aku mengurungkan niat untuk membeli makanan. Aku tertarik dengan satu
kantin sebut saja kantin Pak Mukid, di dalam sana aku melihat banyak makanan
ringan yang bungkusnya dari plastik. Kemudian aku bertanya kepada Pak Mukid
“Wah banyak yang laku pak daganganya?”, “Iya nak, gak salah bapak membeli
makanan ringan ini untuk dijual lagi. Laku keras” kata Pak Mukid tersenyum
sambil merapikan makanan ringan tersebut. “ Hmm, tapi pak ini kan sekolah
adiwiyata, bukanya tidak boleh menjual makanan yang bungkusnya dari plastik?”
Tanyaku, “Ya memang awalnya, tapi seiring waktu tidak ada peneguran dari pihak
sekolah lagi. Jadi ya saya jual saja, toh ini juga menguntungkan” Jawab Pak Mukid
seadanya. Setelah itu saya pergi dari kantin Pak Mukid untuk ke kelas,
dalam hati aku berkata ‘Kalau para manusianya seperti itu bagaimana bisa
sekolah ini benar-benar menjadi sekolah adiwiyata?’. Kemudian aku bertanya
dalam hati ‘Adiwiyata? Apa ya kepanjanganya?’ Aku berfikir, kemudian terlintas
sebaris kalimat “Adiwiyata? Alangkah
indahnya jika melanggar aturan” kataku seraya tersenyum geli.
0 komentar
Posting Komentar