Waktu itu, aku bersepeda lewat beberapa sungai. Sungai pertama memang sih
agak bagus dan bersih. Lalu aku melewati jalan di antara sawah – sawah,
udaranya sangat sejuk. Kemudian aku melihat sungai lagi, aku pikir sih sungai
itu lanjutan sungai pertama tadi, tapi ndak tau juga sih. Aku berpikir, tadi
sungainya bersih, tidak terlalu keruh, baguslah pokoknya, tapi kenapa sungai
kedua ini udah lumayan keruh ? Mungkin aku bisa menemukan jawabannya jika aku
terus bersepeda kesana.
Jalan disini juga tidak sesejuk yang disana. Waktu aku
nengok ke kanan, ehh .. malah ada tumpukan sampah. Lalu aku nengok ke kiri,
yahh .. malah sampahnya pada berserakan kemana - mana. Duhh .. gak nyaman kan
jadinya . Aku mempercepat sepedaku. Nahh .. akhirnya aku menemukan sungai ketiga
ini. Ya ampun .. kondisinya buruk banget pokoknya, di pojok sungai udah seperti
sebuah gunung, sayangnya gunungnya berupa sampah. Sungguh memprihatinkan
lingkungan ini.
Aku mulai bertanya – tanya pda diriku sendiri, apa
mereka nyaman? Apa mereka nggak sakit – sakitan? Apa mereka nggak sadar kalua
perbuatan mereka salah? Haduhh ...aku disini hanya beberapa menit saja sudah
ndak nyaman. Apalagi mereka yang menetap selama bertahun – tahun disini. Ahh...
mungkin mereka ndak mikir ke depannya bakal kayak gimana. Padahal ya TPA masih
buka, tong sampah masih tersedia dimana – mana, la kok malah buangnya disini.
Kalau mereka tetap seperti itu, negara kita akan jadi lautan alias banjir, jadi
lautan sampah, jadi lautan penyakit juga. Mungkin di benak mereka bilang,
“Mungkin negriku akan indah jika buang sampah dimana – mana.”
Sudahlah aku pulang saja, toh aku juga ndak bisa
berbuat apa – apa. Masak ya aku harus nyemplung ke sungai itu sambil bawa tong
sampah ? Gak mungkin bangetkan. Aku sih cuma bisa membiasakan diriku sendiri
untuk buang sampah di tong sampah dan ngingetin orang – orang di sekitarku
juga.
0 komentar
Posting Komentar