Senin, 31 Maret 2014

sungai (kali) (Ridwan fredi welliyanto)

Waktu itu, aku bersepeda lewat beberapa sungai. Sungai pertama memang sih agak bagus dan bersih. Lalu aku melewati jalan di antara sawah – sawah, udaranya sangat sejuk. Kemudian aku melihat sungai lagi, aku pikir sih sungai itu lanjutan sungai pertama tadi, tapi ndak tau juga sih. Aku berpikir, tadi sungainya bersih, tidak terlalu keruh, baguslah pokoknya, tapi kenapa sungai kedua ini udah lumayan keruh ? Mungkin aku bisa menemukan jawabannya jika aku terus bersepeda kesana.
Jalan disini juga tidak sesejuk yang disana. Waktu aku nengok ke kanan, ehh .. malah ada tumpukan sampah. Lalu aku nengok ke kiri, yahh .. malah sampahnya pada berserakan kemana - mana. Duhh .. gak nyaman kan jadinya . Aku mempercepat sepedaku. Nahh .. akhirnya aku menemukan sungai ketiga ini. Ya ampun .. kondisinya buruk banget pokoknya, di pojok sungai udah seperti sebuah gunung, sayangnya gunungnya berupa sampah. Sungguh memprihatinkan lingkungan ini.
Aku mulai bertanya – tanya pda diriku sendiri, apa mereka nyaman? Apa mereka nggak sakit – sakitan? Apa mereka nggak sadar kalua perbuatan mereka salah? Haduhh ...aku disini hanya beberapa menit saja sudah ndak nyaman. Apalagi mereka yang menetap selama bertahun – tahun disini. Ahh... mungkin mereka ndak mikir ke depannya bakal kayak gimana. Padahal ya TPA masih buka, tong sampah masih tersedia dimana – mana, la kok malah buangnya disini. Kalau mereka tetap seperti itu, negara kita akan jadi lautan alias banjir, jadi lautan sampah, jadi lautan penyakit juga. Mungkin di benak mereka bilang, “Mungkin negriku akan indah jika buang sampah dimana – mana.”
Sudahlah aku pulang saja, toh aku juga ndak bisa berbuat apa – apa. Masak ya aku harus nyemplung ke sungai itu sambil bawa tong sampah ? Gak mungkin bangetkan. Aku sih cuma bisa membiasakan diriku sendiri untuk buang sampah di tong sampah dan ngingetin orang – orang di sekitarku juga.

Artikel Terkait

0   komentar

Posting Komentar

Cancel Reply
Support By Rino