ADIPURA YANG MEMAKAN KORBAN
Pada suatu hari
saat aku tidak masuk sekolah karena sakit, aku melihat tayangan televisi, aku
merasa sangat bosan dengan tayangan itu karena acara televisi itu sangat tidak
menarik dan tayangan itupun selalu diulang ulang. Seketika itu aku sangat
boring dan moodku pun jadi jelek dan aku selalu gonta ganti saluran televisi
untuk menemukan sebuah acara yang pas untuk ditonton. Saat aku capek menggonta
ganti saluran televisi aku mengakhiri dan tertuju pada suatu acara televisi yaitu berita. Kali itu beritanya tentang “Adipura yang memakan korban”. Aku seketika berfikir dan bertanya pada
diriku sendiri apa sih makna sebenernya tentang kata adipura yang memakan
korban. Lalu benakku teringat oleh
kata Bu Wibawanti yang mengajar PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup) sewaktu itu.
Bu Wib berkata bahwa kota adipura adalah sebuah penghargaan bagi kota di
Indonesia yang berhasil dalam menjaga kebersihan serta pengelolaan lingkungan
perkotaan yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Aku pun tertarik dengan berita itu dan aku mengikuti
jalannya berita itu.
Dan ternyata isi
berita itu adalah sebuah kota A yang memenangkan penghargaan sebagai kota
adipura yang ternyata main watak. Hatiku
ku bertanya tanya, Hah ? main watak ? kok bisa coba?. Aku pun kepo dengan
itu, dengan ke kepoanku aku semakin tertarik menyaksikan berita itu. Lalu
reporter berkata bahwa main watak yang dimaksudkan adalah kota yang sengaja
bersih hanya untuk penilaian adipura tidak untuk sehari harinya. Aku spontan berkata maksudnya apa sih ?
trus hubungannya sama memakan korban apa ? aku yang dongdong apa reporternya
yang lemot si?. Lalu aku melanjutkan nonton televisinya. Reporter menjelaskan tentu saja itu disebut
main watak, kenapa ? karena setelah penilaian adipura dan akhirnya memenangkan
penghargaan tersebut kota itu tidak semakin bersih namun semakin kacau dan
lingkungan kota semakin tercemar. Walikota serta masyarakatnya kian hari serasa
tidak peduli dengan kota serta lingkungannya. Pada saat musim hujan seperti ini
pun warganya masih selalu buang sampah sembarangan, bukan malah membersihkan
justru malah menkotori. Pantas saja banyak korban yang berjatuhan karena demam
berdarah. Tidak tanggung tanggung kota adipura ini memakan korban jiwa sekitar
19 jiwa. Dan sekitar 23 orang dapat diselamatkan berkat bantuan tim medis. Aku pun tercenggan dan spontan berkata Oh My
to the God ? Oh My God. Gilaaaa. Buset dah banyak amet yak?. Aku pun
kembali menyaksikan berita itu, reporter masih terus berbicara mengenai topic
yang dibicarakan. Lalu apakah pemerintah
hanya duduk diam? Apakah harus menunggu korban berjatuhan terlebih dahulu untuk
membersihkan lingkungansekitar? Apakah harus memenangkan penghargaan kota
adipura dulu supaya kota bersih? Lalu siapa yang bertanggung jawab atas
kejadian ini? Lalu masih pantaskah kota tersebut tetap menjadi kota adipura?
Lantas siapa yang pantas disalahkan dalam kejadian ini? Apakah pemerintah?
Apakah Masyarakatnya? Atau si nyamuknya? Aku
spontan menjawab pertanyaan sang reporter au ah gelaaap. Lalu sang reporter
mengakhiri berita yang dibawakannya dan mengakhirinya dengan satu kalimat “mendapatkan itu mudah namun
mempertahankannya sulit”. Aku pun segera mematikan televisi karena acaranya
sudah selesai dan bergegas untuk istirahat.
NAMA :Pradanti Gandis Dhairyani Pinakesti
KELAS : X IPA 5
0 komentar
Posting Komentar