Global Warming
Persatuan
Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan kepada seluruh negara-negara anggotanya
agar lebih memperhatikan dengan seksama akan tanda-tanda bahwa di
Planet yang kita huni ini makin lama makin terasa panas (Global
Warming) disebabkan oleh berbagai-bagai akibat dari kemajuan industri.
Peringatan ini khususnya adalah mengenai sungai-sungai besar maupun
kecil di dunia ini, untuk memelihara "Hulu Sungai" atau "mata air" di
pegunungan agar tetap mengalirkan air untuk keperluan hidup manusia,
binatang dan tumbuh-tumbuhan di Planet ini dimasa yang akan datang.
Diusahakan agar penanaman pepohonan di hutan-hutan maupun dikota-kota
di galakkan. Terutama hutan-hutan dimana ada mata-airnya untuk
dilindungi jangan sampai dijarah penduduk.
Pikiran
saya melayang-layang membayangkan bagaimana kalau "mata air"
sungai-sungai itu berhenti mengalirkan air. Saya membayangkan bagaiman
kalau "Cikapundung" di kota Bandung itu kering sama sekali. Barangkali
20 - 30 tahun yang akan datang, saya akan bingung melihat Cikapundung
mulai dari Babakan Siliwangi sampai ke Pasirmalang, ternyata sekarang
diatasnya dipakai untuk jalurlayang Bus Kota Bertenaga Listrik serta
dibawahnya sepanjangnya ternyata sudah, menjadi "Mall". Malah dikatakan
bahwa Mall diatas bekas Cikapundung ini merupakan Mall yang terpanjang
sedunia. Segala macam barang dijual dengan harga miring, merupakan
tempat berbelanja para turis, turis lokal maupun dari Luar Negeri.
Diantara toko-toko terselip warteg, restoran dari berbagai makanan
se-Nusantara malah ditemukan juga restoran menjual makanan orang bule
seperti Pizza, Pasta, steak dan berbagai macam sandwiches.
Dalam
perjalanan dari Bandara ke rumah Paman saya, saya bertanya kepada
supir taksi, yang mana kendaraanya mobil hybrid rakitan dalam negeri:"
Mang, apa Cikapundung saja yang mengering "
Jawab supir taksi: "
Ooh, tidak Pak, hampir semua sungai di Jabar sudah ganti nama, kata
"Ci"-nya sudah menghilang". Kata "Ci" dalam bahasa Sunda artinya
"air". Kemudian saya meneruskan pembicaraan:" Kalau begitu Cibatu
tinggal batunya saja sekarang ini'
Jawab supir:"
Oh iya Pak, batunya banyak sekali bertebaran sepanjang jalan,
diselokan, dikebon dan disawah-sawah. Saking banyak susah kalau
berjalan kaki, harus bawa linggis untuk menyingkirkan agar dapat
melangkah"
Saya menjawab:" Wah membuat banyak orang susah hidup kalau begitu"
Jawab supir:" Tidak semuanya Pak, malah ada yang makmur"
Supir melanjutkan pembicaraanya:"
Di Desa Cibangkong, malah penduduk disana kaya-kaya, Bangkongnya
(Katak) banyak sekali dimana-mana sampai di atap rumah, sekarang
diekspor ke Hongkong dan Taiwan"
Saya menjawab:" Wah hebat juga yah"
Supir meneruskan ceritanya:"
Itu belum apa-apa Pak, di Ciranjang, wah.... ranjang dimana-mana Pak,
kolam ikan penuh dengan ranjang, dibelakang rumah banyak ranjang,
pantesan di Desa itu KB tak berjalan dengan baik"
Saya bertanya:" Kalau di Ciamis bagaimana"
Supir menjawab:" Ci-nya hilang tinggal amisnya(manisnya) doang Pak, wah mojang-mojang disana manis-manis Pak kalau ketawa atau mesem"
Si Supir meneruskan:"
Yang repot di Desa Cibiru, Pak, penduduk disana pada babak belur Pak,
sepertinya dipukulin sama bambu. Badanya biru-biru semua" Saya bertanya lagi:" Kalau di Cihideung (Hitam) bagaimana "
Supir menjawab:" Wah tak usah kesana Pak, penduduknya sekarang imigran dari Afrika Pak". Saya menjawab:" ooh begitu"
Supir kembali bertanya :" Bapak asal dari mana Pak,"
Saya menjawab:" Asal dari Desa Cibubur, sudah 50 tahun lebih tidak pulang"
Supir menjawab setelah menoleh kepada saya :"
Wah cocok sekali Pak, Ci-nya sudah hilang sekarang tinggal buburnya
doang. sekarang tempat tinggal pensiunan dan kakek/nenek jompo. Mereka
makannya, pagi bubur kacang ijo, siang bubur ayam, malem bubur ketan"
Saya termenung, apa sudah kelihatan begitu tua saya ini ?
Supir bertanya: " Dimana berhentinya di Jalan Cimanuknya Pak"
Saya menjawab:" Itu nomer sepuluh".
Masih juga sang supir berkomentar:"
Untung Bapak tinggal di "Jalan" Cimanuk bukannya di desa Cimanuk.
Engga ada Ci-nya tapi manuknya yaah banyaknya luar biasa. Malah suka
bertengger di pundak. Kalau kebetulan bertengger di kepala, orang pada
ketawa...Si Bapak manuknya di kepala!!"
Tersentak
dari lamunan, lantas melangkah ke dapur meyeduh kopi. Sambil duduk
menikmati kopi, bulu kuduk berdiri, ingat kalau kejadian semua sungai
di Jabar hilang "Ci"-nya. Cijantung tak ada Ci-nya, tinggal jantung
bergelantungan, Cilandak tak ada "Ci"-nya, penuh dengan landak. Minum
kopi tak ada "Ci"nya, menyeruput bubuk kopi namanya. Ayo kita galakkan menanam sejuta pohon !
1 komentar
Posting Komentar